Pangan fungsional mungkin sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita. Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tahun 2007, pangan fungsional merupakan pangan olahan yang mengandung satu atau lebih komponen fungsional yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai fungsi fisiologis tertentu, terbukti tidak membahayakan dan bahkan bermanfaat bagi kesehatan. Saat ini, telah banyak penelitian yang membuktikan keampuhan pangan fungsional ini terhadap kesehatan tubuh. Jenisnya pun juga beragam antara lain yang dapat digolongkan secara garis besar sebagai pangan fungsional adalah vitamin, mineral, polifenol, prebiotik, dan probiotik. Selanjutnya, berbicara mengenai pangan fungsional yang sedang tren di masyarakat saat ini tidak terlepas dengan probiotik.
Istilah probiotik pertama kali diperkenalkan oleh Elie Metchnikoff pada, tahun 1907 dalam penemuannya tentang khasiat yoghurt sebagai pencegah penuaan dan menyatakan bahwa ”Di dalam usus besar manusia terdapat mikroba-mikroba yang berasal dari makanan yang dapat memodifikasi flora dalam tubuh, yakni menggantikan mikroba-mikroba yang berbahaya dengan mikroba-mikroba yang berguna bagi tubuh”. Dengan adanya pernyataan dari Elie Metchnikoff tersebut maka dikembangkanlah penelitian-penelitian lebih lanjut. Pada tahun 1919, Carraso seorang ilmuwan Spanyol meneliti pembuatan yoghurt berskala industri dengan mengembangkan kultur mikroba tertentu dan membuktikan klaim kesehatan bahwa mikroba tersebut baik digunakan untuk anak-anak penderita diare. Kemudian FAO dan WHO pada tahun 2001 telah menyarankan dan mempromosikan probiotik dalam susu bubuk dengan mikroba asam laktat aktif (LAB-Lactic Acid Bacteria).
Kemudian peran probiotik sebagai komponen pangan fungsional selalu berkembang pesat dari tahun ke tahun dengan berbagai penelitian dan penemuan-penemuan ilmiah. Seiring dengan pemahaman masyarakat akan makanan sehat atau pangan fungsional maka probiotik pun juga semakin laris dicari konsumen dan digunakan dalam produk pangan oleh industri-industri pangan.
Menurut Antoinne MJ (2007), probiotik merupakan mikroorganisme hidup dan aktif dalam kultur dengan tambahan efek yang berguna bagi kesehatan tubuh saat dicerna dalam jumlah yang cukup. Awalnya dikembangkan dari kultur produk-produk susu. Probiotik ini aktif pada saat proses pembuatan susu menjadi susu fermentasi atau pun keju dan menghasilkan tekstur, flavor, dan rasa yang berbeda. Namun tidak semua jenis mikroorganisme dapat dikategorikan sebagai probiotik. Mikroorganisme baru dapat dikategorikan sebagai probiotik jika tetap dalam keadaan aktif dalam tubuh (saluran pencernaan) dan juga terbukti memberikan banyak keuntungan bagi kesehatan tubuh.
Di alam terdapat berbagai macam jenis mikroorganisme yang berasal dari 7 genus utama antara lain: Lactobacillus, Streptococcus, Bifidobacterium, Lactococcus, Propionibacterium, Enterococcus, dan Saccharomyces. Dari genus-genus tersebut terdapat kurang lebih 3000 jenis strain yang sudah berhasil dikulturkan. Setiap jenis dan strain berbeda memiliki fungsi spesifik yang berbeda pula bagi tubuh. Dalam saluran pencernaan pun khususnya usus kecil dan usus besar terdapat sekitar 104-1011 cfu/g yang berasal dari 400 hingga 500 jenis atau sama dengan 1,5 kg mikroorganisme yang berbeda termasuk di dalamnya probiotik alami tubuh (Antoinne MJ, 2007).
Terdapat dua jenis probiotik utama yang banyak dikulturkan yakni berasal dari genus Lactobacillus dan Bifidobacterium. Jenis Lactobacillus yang sudah berhasil dilaporkan dari berbagai penelitian misalnya L. acidhophilus, L. caseii, L. bulgaricus, L. shirota, L. plantarum, L. rhamnosus, L. lactis, L. johnsonii, L. gasseri, L. dan reuteri. Sedangkan dari Bifidobacterium misalnya B. bifidum, B. longum, B. breve, B. infantis, B. lactis, B. adolescenntis, dan B. animalis. Jenis lainnya yang bukan termasuk keduanya antara lain: Streptococcus thermophilus, Bacillus cereus, Escharichia coli, Sacharomyces boulardii, dan Enterococcus faecalis. Probiotik tersebut juga dapat tergabung antar strain jenis lain misalnya lactobacilli+bifidebacteria+S.Salivaricus (Varavithya W, 2007).
Berdasarkan banyak penelitian yang telah dilakukan sebelumnya banyak manfaat yang dihasilkan dari probiotik. Manfaat-manfaat tersebut antara lain:
-mencegah kanker yaitu dapat menghilangkan bahan prokarsinogen dari tubuh dan mengaktifkan sistem kekebalan tubuh,
-dinding sel Bifidobacterium infantis mengandung bahan aktif anti tumor,
-di dalam usus manusia Bifidobacteria memproduksi berbagai vitamin yang secara mudah akan terserap ke dalam tubuh,
-kemampuannya memproduksi asam laktat dan asam asetat di usus akan menyebabkan usus menjadi asam dan akhirnya menekan pertumbuhan Clostridium perfringens penyebab radang usus. Disamping itu juga menekan bakteri patogen lainnya,
-asam-asam tersebut juga mengurangi penyerapan amonia dan amina karena bila, terserap dalam jumlah besar akan dapat meningkatkan tekanan darah, kolesterol dan kanker yang disebabkan nitrosamine,
-Streptococcus thermophilus menunjukkan aktivitas anti tumor dan menghasilkan Superoxide Dismutase yang berfungsi sbg antioksidan.
Terbukti bahwa probiotik sangat berguna dan dibutuhkan oleh tubuh. Namun terkadang keberadaan probiotik dalam saluran pencernaan manusia akan berkurang seiring bertambahnya umur dan konsumsi obat-obatan khususnya antibiotika (Varavithya W, 2007). Oleh karena itu diperlukan asupan probiotik tambahan yang sekarang banyak ditawarkan di pasar industri pangan. Sebelumnya juga perlu diperhatikan tingkat kecukupan kebutuhan tubuh terhadap konsumsi probiotik ini.
Source:
International Symposium theme “Probiotics for Optimum Health”. Bogor : IPB International Convention Centre, Botani Square. Tuesday, December 11th, 2007.
Speakers by:
Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS from
Dr. Jean Michel Antoinne from France,
Prof. Dr. Ir. Betty Sri Laksmi, MS from
Prof. Wandee Varavithya from